Pasangkayu

Kamis, 14 Desember 2017 | 01:29

Ibu hamil di Mamuju Utara mendapatkan edukasi soal persalinan yang aman di Puskesman Randomayang/ is

Mamuju Utara--Agnes Norvin, 39 tahun, ingat betul bagaimana masyarakat menolak kehadirannya sebagai bidan di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) Desa Randomayang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Saat menyambangi rumah para ibu hamil di wilayahnya, kalimat nyinyir sering diterimanya. Bahkan pernah beberapa kali diusir.

Padahal Agnes datang dengan suka rela alias tak berharap balasan jasa. Semua itu semata dilakukan Agnes, demi tugas sebagai bidan. Maklum saja, ibu hamil di wilayah tersebut masih enggan memeriksakan diri di Puskesmas. Mereka terbiasa mempercayakan kesehatan kehamilan hingga kelahirannya ke sanro, sebutan dukun bayi di daerah tersebut. “Saya harus benar-benar bersabar untuk membujuk mereka ke Puskesmas ,” kata Agnes.

Wajar bila Agnes akhirnya hanya mampu membantu persalinan dua dari lima perempuan yang hamil di Randomayang dan lima desa tetangga. Sedangkan sisanya memilih bantuan sanro.  Bila pun ada perempuan yang rutin memeriksakan kandungannya di puskesmas, saat melahirkan tetap akan “kabur” ke sanro.

Menurut Agnes, kebanyakan perempuan di Mamuju Utara merasa sanro lebih jago ketimbang bidan dalam proses persalinan. Apalagi sanro biasa membacakan mantra keselamatan dan melakukan sejumlah ritual menjelang persalinan. “Kami percaya yang dilakukan sandro melindungi si ibu dan bayi dari bahaya,” kata Ruth Oktaningtias, 16 tahun, Ruth adalah salah satu ibu hamil di Desa Wulai, yang bertetangga dengan Randomayang.

Sulitnya membujuk para ibu hamil tak membuat Agnes patah arang. Ia tetap mempertajam sosialisasi soal persalinan aman ke desa-desa. Apalagi semangatnya dipecut oleh bantuan rekan-rekannya dari tim Pencerah Nusantara (PN), tim yang disebar oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk memperkuat pelayanan kesehatan primer di daerah-daerah.

Melalui tim ini, kelas senam hamil di Puskesmas dibuka. Para ibu hamil juga diedukasi soal bahaya melahirkan oleh tenaga nonmedis, serta cara menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan. Tak disangka, usaha Agnes dan tim PN membawa hasil signifikan. Kelas senam hamil lambat laun digemari ibu hamil di wilayahnya. Bahkan kini pesertanya mencapai 173 orang atau 72 persen dari total ibu hamil di enam desa Mamuju Utara.

Tim PN juga memfasilitas Puskesmas untuk berdialog dengan para sanro. Setelah melewati diskusi panjang, para sanro sepakat untuk memberikan akses yang lebih pada bidan Puskesmas untuk melayani persalinan warganya. Bahkan bersedia mengantar ibu hamil yang hendak bersalin ke puskesmas. Mereka tambah semangat karena dapat insentif Rp 100 ribu per-sanro. “Jadi biarlah tenaga kesehatan mengurus persoalan medis, dan sanro tetap menjaga tradisi selain yang berurusan dengan budaya setempat,” ujar Afifah, salah satu tim PN. (TS)

 



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas