Majene, Sulbarkita.com -- Pemerintah Kabupaten Majene telah menetapkan 1 Februari sebagai Hari Berkabung memperingati tragedi pembantaian Westerling di Provinsi Sulawesi Barat. Melalui Pemerintah Kabupaten Majene, Belanda diharapkan segera memberikan kompensasi kepada daerah dan terkhusus bagi keluarga korban kekejaman tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Majene, Andi Beda Basaroe menyebut bahwa warga Majene yang menjadi korban pembantaian Westerling lebih banyak dibanding para korban dari daerah lain. Sesuai data yang dimiliki, ada sekira 1600 korban dalam aksi kejam tentara Belanda kala itu. Delapan ratus diataranya adalah korban meninggal.
“Para korban kebanyakan dari Pepuangan atau tokoh yang dituakan di suatu wilayah yang pro terhadap kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Andi Beda kepada Sulbarkita.com.
Andi Beda berharap agar kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap tahunnya untuk memperingati hari pembantaian pribumi secara membabi buta itu. Dia juga berharap pemerintah Belanda menepati janjinya untuk memberikan kompensasi atas kekejaman pembantaian tersebut.
Menurut Andi Beda, Pemerintah Belanda sudah menjanjikan kompensasi berupa fasilitas umum. Namun sampai saat ini belum terealisasi. “Kompensasi itu bisa berupa Rumah Sakit atau sekolah yang bisa dinikmati seluruh masyarakat,” ujarnya.
Pembantaian di Galung Lombok dikenal juga dengan istilah “panyapuang” oleh masyarakat Mandar. Peristiwa ini terjadi pada 1 Februari 1947 silam, yakni 2 tahun setelah Bung Karno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Namun, penjajah Belanda kala itu kembali melakukan agresi militer hingga ke wilayah Sulawesi yang dipimpin Paul Raymond Westerling.
Muhammad Ashari I ADVERTORIAL
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar