Mamuju

Jumat, 23 November 2018 | 13:04

Para pengungsi gempa Mamasa bertahan di Desa Pokkang, Kalukku/Sulbarkita.com-Erisusanto

Mamuju, Sulbarkita.com -- Sudah dua pekan puluhan warga Kabupaten Mamasa menetap di Balai Pertemuan Gereja Eben Haezer, Desa Pokkang, Kecamatan Kalukku. Di daerah yang berjarak 35 kilometer dari pusat Pemerintahan Kabupaten Mamuju tersebut, mereka mengungsi lantaran gempa yang kerap mengguncang daerahnya.

Dari pantauan Sulbarkita.com Kamis 22 November 2018, para pengungsi tersebut menempati balai seukuran lapangan voli dengan kondisi seadanya. Mereka tidur beralaskan terpal yang membatasi tubuhnya dengan tanah. Maklum balai itu tak memiliki ubin.

Angin malam pun akan mudah masuk ke balai karena hanya berdinding papan kayu dan bambu. Sehingga membahayakan kesehatan para pengungsi dan anak-anaknya. Namun mereka pasrah dengan kondisi itu lantaran rumahnya di Mamasa sudah porak-poranda akibat gempa yang ratusan kali terjadi.

"Kami sekeluarga mengendarai mobil penumpang dan mengikuti pengungsi yang lain ke sini," kata Junita, 31 tahun, pengungsi dari Desa Osango, Mamasa.

Junita meninggalkan kampung halamannya dengan bekal seadanya pada Selasa, 13 November 2018. Dia tak sanggup bertahan karena khawatir daerahnya mengalami likuifaksi atau tanah berubah menyerupai bubur seperti halnya gempa di Palu.

Terlebih Junita memiliki seorang bayi perempuan yang berusia 1 tahun. "Mengingat hal itu (Iikuifaksi gempa Palu) saya lemas. Seperti tak bisa berlari," katanya dengan raut sedih.

Peter, 60 tahun, pengungsi lain dari Desa Taupe, Mamasa juga punya alasan yang sama meninggalkan kampung halamannya. Namun Peter beruntung karena sempat ditampung keluarganya di Sumarorong, Polman. “Saya takut terjadi longsor dan tanah yang ambruk,” katanya.

Ketua Majelis Gereja Pokkang, Romelius menyatakan jumlah warga Mamasa yang mengungsi akibat gempa ke daerahnya sebanyak 130 jiwa. Mereka dari usia lanjut hingga bayi yang masih berumur 2 bulan.

Kendati demikian, Romelius menuturkan hingga sekarang pemerintah setempat belum turun tangan. Padahal kondisi mereka semakin hari semakin memprihatinkan, "Kami sebenarnya sudah dijanji oleh Dinas Sosial Mamuju, mudah-mudahan segera terwujud," katanya.

Beruntung, kata Romelius, kepedulian masyarakat cukup besar. Hingga sekarang sudah banyak masyarakat yang menyalurkan bantuan berupa sembako seperti mi instan, air mineral, beras, serta popok bayi kepada pengungsi.

Namun bantuan tersebut masih dianggap terbatas apalagi para pengungsi diketahui masih akan menetap cukup lama. Romelius pun berharap bantuan terus mengalir dari masyarakat, "Bantuan berupa sembako, perlengkapan mandi, selimut tidur dan sebagainya masih mereka butuhkan," katanya.

ERISUSANTO

 



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas