Majene, Sulbarkita.com—Aria Bin Muhammad tak bisa menahan haru saat menginjakkan kaki di luar Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Majene, Rabu, 20 November 2019. Seketika air mata pria 42 tahun itu meleleh saat berpamitan dengan rekannya yang masih di sel. “Akhirnya bebas ka’ juga," kata Aria lirih. Ia lalu bersujud sembari mengungkapkan rasa syukur.
Aria adalah korban dari gempa dan tsunami yang memporak-porandakan Palu, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Saat bencana yang mengakibatkan 2101 korban jiwa tersebut terjadi, Aria berstatus sebagai tahanan kasus pembalakan liar dengan vonis hukuman 2 tahun penjara di Palu.
Baca juga:
Kisah Napi asal Palu yang Kabur ke Majene Saat Tsunami
Menengok Kerajinan Tangan Narapidana Majene
Angka Kriminal Tinggi, Majene Bangun Lapas Baru
Beruntung, Aria mampu menyelamatkan diri dari peristiwa tersebut. Dia pun mengikuti gelombang pengungsi ke Sulawesi Barat. Kebetulan, Aria adalah warga asli Luaor, Kecamatan Pamboang, Majene.
Status sebagai tahanan membuat Aria gundah berlama-lama melenggang bebas di kampung halaman. Ayah dua anak itu lantas menyerahkan diri ke Rutan Majene pada 18 Oktober 2018.
“Dia memohon untuk ditahan di sini karena trauma dengan gempa Palu,” kata Kepala Subsi Pelayanan Tahanan Rutan Klas IIB Majene Arham saat di temui di kantornya, Rabu, 20 November 2019. “Hari itu juga langsung kami terima dan segera mengurus perpindahan tahanannya ke Rutan Majene.”
Aria pun berusaha keras menunjukkan kelakuan baik selama di Rutan. Salah satunya dengan rajin mengikuti Program Pemasyarakatan Untuk Masyarakat (PASto Mas). Program PASto Mas berisi pelatihan membuat berbagi kerajinan tangan berbahan utama lidi daun kelapa, misalnya berupa tudung saji dan keranjang buah.
Bahkan Aria akhirnya mampu menjadi salah satu guru yang mengajarkan tahanan lain untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Aria mengatakan kerajinan tangan tersebut bakal menjadi bekalnya untuk membuka usaha di Majene. “Saya sangat berterima kasih dengan apa yang didapatkan selama menjalani pembinaan di rutan ini.”
Muhammad Ashari
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar