Mamuju, Sulbarkita.com – Pembangunan Menara Manakarra oleh pemerintah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, menuai kritikan sebagian warga. Menurut Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Manakarra, Sopliadi, pemerintah seharusnya memikirkan asas manfaat dalam mengeluarkan kebijakan. “Pembangunan menara itu seharusnya belum perlu jadi prioritas,” ujarnya kepada Sulbarkita.com via telepon, 16 Juli 2019.
Menurut Sopliadi, pemerintah mestinya berfokus pada pembangunan yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat, seperti infrastuktur jalan. “Masih sangat banyak daerah yang butuh perhatian, misalnya, akses jalan menuju Desa Tommo dan Desa Leling yang rusak,” kata dia.
Baca Juga:
Menara Manakarra Bakal Jadi Ikon Baru Mamuju
Salah seorang warga Desa Bonehau, Kecamatan Bonehau, Asri Hamid, 30 tahun, juga tak sepakat dengan rencana pembangunan Menara Manakarra. Dia menyebut proyek itu hanya memboroskan anggaran dan tidak substansial. Ketimbang mengurus proyek mercusuar seperti itu, Asri mengklaim warga seperti dirinya lebih membutuhkan perbaikan fasilitas publik yang bisa mendorong perekonomian.
Dalam hal infrastruktur saja, pemerintah Kabupaten Mamuju masih punya banyak pekerjaan rumah. Salah satunya memperbaiki akses jalan Bonehau ke Kecamatan Kalumpang yang kondisinya tak layak pakai. Ruas jalan itu terakhir diaspal pada periode Bupati Mamuju Almalik Pababari alias hampir 20 tahun lalu. “Jika hujan, jalanan itu digenangi air yang bercampur lumpur,” ujarnya.
Warga Desa Sodoang, Kecamatan Kalukku, Hamzah Ali Topan, 23 Tahun, mengaku sangat miris melihat kondisi jalan yang berada di bagian timur Mamuju itu. Ia berujar, warga bahkan sampai menghentikan perjalanannya bila kebetulan sedang berada di ruas jalan Bonehau-Kalumpang saat hujan. Sebab lumpur yang tebal, dikhawatirkan bisa mencelakakan pengendara bermotor.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Mamuju, Usdi, menyatakan, pihaknya membangun Menara Manakarra yang setinggi 70 meter untuk menarik wisatawan ke Mamuju. Hal itu secara langsung dan berkesinambungan bakal meningkatkan pendapatan di sektor pariwisata. “Bali dan Yogyakarta berkembang karena objek wisatanya yang terkenal dan banyak dikunjungi turis,” kata Usdi kepada Sulbarkita.com, Rabu, 17 Juli 2019.
Ia juga meyakini merana tersebut bakal menjadi ikon Mamuju. Bila itu terjadi, warga setempat dapat memanfaatkannya untuk mengais rezeki. Misalnya dengan membuka warung makan, berjualan, dan sebagainya. “Kritikan pasti ada, tapi yang lebih penting dilakukan adalah bagaimana menyadarkan masyarakat tentang peluang ekonomi dari menara itu,” kata Usdi.
Menara yang dinamai Manakarra Tower ini rencananya mulai dibangun tahun ini. Lokasinya di bekas kantor lama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mamuju, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju, jumlah wisatawan mancanegara sejak 2015 hingga 2017 mengalami peningkatan. Pada 2015, jumlah wisatawan asing sebanyak 9 orang, menyusul pada 2016 sebanyak 14 orang, sedangkan 2017 sebanyak 61 wisatawan.
Erisusanto
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar