Berbagai daerah di Indonesia menyimpan rahasia herbal dan kearifan lokal. Tak terkecuali Tanah Mandar, Sulawesi Barat. Bila Maluku punya minyak kayu putih, Makassar dengan minyak tawonnya, Mandar bangga dengan minyak Pamboang.
Siapa orang Mandar yang tak kenal dengan “minyak sakti” ini. Bagaimana tidak sakti, minyak Pamboang konon bisa menyembuhkan berbagai luka dengan beberapa oles saja. Mulai dari memar akibat benturan, luka gores karena benda tajam, masuk angin, gatal karena gigitan serangga, sakit perut, keseleo, maupun bekal untuk memijat badan yang lelah.
Menariknya, minyak pamboang tidak menguarkan aroma tajam seperti halnya balsam maupun cairan herbal lainnya. Minyak pamboang dikemas dalam botol beling mungil hijau tua, dengan tutup botol yang dikemas segel warna merah. Labelnya sederhana. Hanya berupa kertas putih fotokopian bertuliskan Minyak Pamboang Pusaka Mandar, beserta nomer telepon.
Ini adalah strategi pemasaran yang menarik. Karena lewat nomer telepon itulah kita yang ada di luar Sulawesi, bisa memesan langsung minyak pamboang pada si empunya usaha. Namun sebenarnya, siapa sih sosok di balik minyak ajaib ini?
Sulbarkita.com mencoba menguliknya dengan menelepon nomer yang ada di kemasan botol minyak pamboang. Nomer itu ternyata milik perempuan 85 tahun yang mengenalkan dirinya sebagai Ibu Haji Djuhaera.
Kendati usianya sudah sepuh, tapi Djuhaera masih lancar menjawab segelintir pertanyaan. “Minyak ini sebenarnya sudah ada sejak sebelum saya lahir,” ujarnya.
Menurut Djuhaera, minyak pamboang adalah warisan dari mertuanya yang tinggal di Gunung Puare. Jadi bisa dibilang minyak ini sudah berumur lebih dari seabad. Resep itu sendiri konon didapat lewat mimpi, lengkap dengan komposisi herbal yang digunakan.
Setelah mertuanya meninggal dunia, resep rahasia minyak pamboang diturunkan ke suami Djuhaera. Begitu pun saat sang suami menghadapi Sang Pencipta, formula minyak yang di pasaran dibanderol Rp 10 ribu – 15 ribu ini diberikan ke Djuhaera.
Namun, Djuhaera masih menyimpan rapat rahasia kesaktian minyak pamboang. Pun kepada ketiga anaknya. Bahkan, ia bercerita, pernah ada seseorang yang menawar resep minyak pamboang dengan imbalan Rp 500 juta. “Tapi saya tidak mau kasih ke dia,” kata Djuhaera.
Setiap bulannya, minyak berwarna hitam pekat ini terjual hingga lebih dari 1000 botol. Biasa yang membelinya adalah reseller dari Sinjai, Malino, dan Bulukumba (Sulawesi Selatan), juga dari luar negeri seperti Malaysia.
Saking larisnya minyak ini, bahkan ada yang nekat memalsukannya dengan kemasan serupa. Karena itulah Djuhaera mewanti-wanti agar pembelinya waspada. “Minyak yang asli bisa menyembuhkan luka tergores pisau, dalam beberapa oles saja,” ujar dia. (SAV)
Senin, 30 November -0001 | 01:00
Minyak Pamboang Pusaka Mandar, Sulbarkita.com
Berita Terkait
- Diskusi Hasil Pilpres, Dewan Pers Bertemu 43 Media di Mamuju
- Dugaan Penjualan Pulau, Bupati Mamuju Cek Status Pulau Malamber
- Soal Motif Tewasnya Jurnalis di Mateng, Aji Mandar: Kalau Berita Akan Jadi Sejarah di Sulbar
- Di Tengah Pandemi Covid-19, Bule Amerika Sambangi Tammerodo
- Gubernur Sulbar: Kondisi Nelayan Sulbar Miris
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar