Majene, Sulbarkita.com -- Gerakan Pemuda (GP) Ansor Wilayah Sulawesi Barat menyelenggarakan dialog kebangsaan bertajuk Menangkal Radikalisme Masuk Kampus. Diskusi itu diadakan lantaran kalangan akademisi ditengarai telah terjangkit paham tersebut.
“Gerakan ini ditengarai sudah menyusup kekalangan akademisi, sehingga mahasiswa harus melakukan langkah pencegahan dan mengetahui ciri dari paham tersebut lebih awal,” kata Ketua GP Ansor Wilayah Sulbar, Sudirman AZ, di salah satu Kafe di Majene, Jumat, 30 Agustus 2019.
Menurutnya, salah satu lahirnya gerakan terorisme dimulai dari adanya pemikiran yang sangat mudah mengkafirkan orang lain, mudah membi'dahkan amalia seseorang atau kelompok tertentu dan mudah mencap seseorang akan masuk neraka jika tidak sepaham dengan mereka.
“Gerakan pemuda Ansor secara umum baik pimpinan pusat sampai cabang sangat prihatin dengan kondisi ini. Sehingga kami menginisiasi kegiatan ini untuk membuka ruang komunikasi dan bersosialisasi khususnya mahasiswa untuk menghindari kajian radikal,” ujarnya.
Mahasiswa sebagai kalangan intelektual yang nalurinya sedang mencari jati dirinya boleh saja mempelajari berbagai paham dan kajian Ilmu pengetahuan. Namun Sudirman berharap agar mahasiswa dapat menelaah dan mencari kebenaran suatu pendapat melalui berbagai sumber terpercaya.
“Segala gerakan yang kita temui di lapangan hendaknya dicari kebenarannya dengan melihat contoh dan berbagai sumber. Baik melalui para ulama atau ustaz yang dianggap punya pengetahuan akan hal itu,” kata Sudirman.
Kepala Polisi Resor (Kapolres) Majene, AKBP Asri Effendi mengatakan, untuk menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat, perlu adanya partispasi masyarakat itu sendiri. Sebab dewasa ini, akses informasi begitu luas dan bebas. “Manfaat dan mudaratnya juga sejalan dengan hal itu,” ucapnya.
Dia menyebut, radikalisme adalah orang atau kelompok yang menginginkan perubahan secara cepat. Berbagai ciri dari Radikalisme antara lain, intoleransi atau tidak mau menghargai pendapat orang lain, selalu merasa benar, ekslusif, revolusioner serta cenderung memisahkan diri dari komunitas masyarakat pada umumnya.
“Mereka mendadak anti sosial, selalu mengungkapakan kecurigaan dan memutuskan hubungan silaturahmi dengan masyarakat pada umumnya. Dan cenderung tidak suka paham ulama dan Islam moderat,” kata Asri.
Dia berharap parstispasi dari semua pihak dalam menanggulangi radikalisme meluas di Majene. Pihak Kepolisian akan berupaya membantu mengedukasi lingkungan sekitar dengan melihat ciri radikalisme tersebut. “Kalau ditemukan, sampaikan pada kami. Kami sudah tegaskan bahwa mencegah itu lebih baik daripada memberantas, kita kenali lebih dini ciri-ciri tadi,” tutur Asri.
Muhammad Ashari
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar