Majene, Sulbarkita.com -- Sudah hampir 4 bulan Armin mendiami salah satu kamar di Asrama Tappalang, Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Barat, di Rangas, Banggae, Majene. Lajang berusia 32 tahun ini berada di sana sejak Juli selaku tenaga perawat, untuk mengurus pasien Covid-19 di wilayah Majene.
Saban hari, Armin yang masih berstatus tenaga kontrak dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene itu memantau tanda vital pasien seperti cek tekanan darah dan mengukur suhu tubuh, kemudian mendampingi pasien melakukan senam, serta mengedukasi mereka agar tetap menerapkan protokol kesehatan saat perawatan dan setelahnya.
"Kami juga mendengarkan keluhan pasien kemudian menyiapkan obatnya dari rumah sakit," kata Armin saat ditemui di Gedung LPMP Sulbar pada Minggu 29 November 2020.
Tugas tersebut dilakukan Armin bersama 8 orang perawat lain dan 2 orang dokter, terdiri dari satu dokter umum dan satu dokter spesialis paru, di gedung yang dipinjamkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengisolasi pasien Covid tersebut.
Jumlah pasien yang terus bertambah membuat Armin harus kerap menjalani karantina atau isolasi mandiri. Hal tersebut untuk mencegah penularan Covid-19 ke orang lain, kendati Armin sudah disiplin mengenakan alat pelindung diri (APD). Kondisi itu pula yang membuat Armin jarang pulang ke rumahnya. "Kalau pulang ke rumah biasa hanya beberapa menit, itupun hanya di kamar saja supaya tidak kontak langsung dengan keluarga," ujar Armin.
Kendati demikian, perjuangn Armin dan rekannya dalam menangani penyebaran Covid-19 tak sejurus dengan upah yang diterimanya selaku tenaga kontrak. Menurut dia, sudah hampir 3 bulan terakhir jasanya tak dibayar. Janji adanya insentif untuk tenaga medis dari Kementerian Kesehatan juga tak kunjung kucur.
Armin/Ist
Hanya Agustus 2020, Armin mendapat uang lelah Rp 75 ribu per hari dari Satgas Covid Pemkab Majene. Sementara September dan sampai hari ini tidak lagi. Honor sebagai perawat pasien Covid-19 dari Bupati Majene yang dibayarkan dua bulan sekali juga sudah dihapus. Beban ekonominya semakin terjepit lantaran honor sebagai perawat di RSUD Majene sudah tidak dibayar 100 persen.
Armin hanya bisa pasrah menerima kondisi tersebut lantaran sumber penghasilannya cuma datang dari upah kontrak sebagai perawat. “Apa lagi mau kukerja, jadi mending di sini saja,” ucapnya lirih. “Saya hanya berharap hak kami bisa segera diselesaikan.”
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid Pemkab Majene Sirajuddin yang dikonfirmasi tak menampik kondisi yang dialami Armin dan rekan tenaga kesehatan lainnya. Dia berdalih tertundanya pembayaran uang lelah tenaga kesehatan karena timnya kawalahan soal pendanaan. "Karena kegiatannya dadakan, jadi anggaranya bersumber dari biaya tidak terduga, itupun tidak cukup," kata Sirajuddin melalui sambungan telepon pada Minggu 29 November 2020.
Kendati demikian, Ia berjanji Satgas Covid-19 Majene akan melunasi honor tenaga medis tersebut. “Pendanaan akan kembali memakai biaya tidak terduga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD - P),” ucapnya.
Muhammad Ashari
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar