Sekelompok anak muda di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengemas lagu dan alat musik tradisional menjadi lebih segar. Berpromosi lewat media sosial Instagram dan Youtube.
Delapan tahun lalu, Masnur, 32 tahun, bahkan tak tahu ada alat musik tradisional perkusi Mandar walau lahir, tumbuh, dan tinggal di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Bukan semata karena dia lahir dari orang tua bersuku Bugis. “Tapi memang jarang ada kawan saya yang orang Mandar, tahu alat musik daerahnya,” kata dia yang belajar drum sejak remaja.
Tapi sekarang Masnur yang akrab disapa Nunu sudah piawai menabuh perkusi Mandar. Bahkan dengan perkusi Mandarlah Nunu kerap manggung di pagelaran musik di Polman maupun kota lainnya. Semua itu ia lakukan bersama komunitas anak muda Rumah Budaya Nusantara (RBN) Madatte Arts. Sekitar sepuluh dari puluhan anggota komunitas ini menyajikan lagu-lagu daerah yang sebelumnya asing di kuping anak muda Mandar. Sebut saja Parri-Parriqdiq dan Tekenga di Gulingmu.
Komunitas anak muda di bidang seni, Yang Muda Yang Kreatif (YMYK) menjadi cikal-bakal terbentuknya RBN Madatte Arts. YMYK tumbuh dan eksis pada 1989-1997, tapi sempat vakum. Baru kemudian dihidupkan Nunu, Ifdal Trisdianto, Nurfadila, Hikmawati, Ibnu, pada akhir 2011. Ibnu adalah pemimpin riset soal komposisi, lirik, serta artinya.
RBN Madatte Arts saat manggung/Ist
Kendati RBN Madatte Arts beranggotakan puluhan orang Mandar, tapi mereka sempat sulit memahami lirik sejumlah lagu. Apalagi ada banyak kata dalam bahasa Mandar kuno yang tidak dimengerti oleh mereka. Salah satunya Parri-Parriqdiq, lagu nina bobo anak kecil yang hingga kini belum jelas siapa penciptanya. “Saya hanya ingat sering dinyanyikan Parri-Parriqdiq oleh nenek saat masih kecil,” kenang Dewi.
BACA JUGA:
Melattigi dan Mattunu Pallang, Tradisi Unik Mandar yang Mulai Punah
Persoalan RBN Madatte Arts juga ada pada alat musik tradisional. Nunu mengungkapkan, sejak awal mereka tetap ingin mengusung alat musik Mandar walaupun lagunya didaur ulang. Itu karena alat musik tradisional bisa memperkuat unsur etnisitas dalam lagu, selain menambah kekayaan nada. Masalahnya, di RBN Madatte Arts hanya Ifdhal yang bisa memainkan alat musik tradisional seperti kecapi Mandar, calung, rebana, dan keke, sejenis seruling.
Karenanya sejak akhir 2015 mereka belajar mengenal dan memainkan alat musik Mandar. Mereka berguru pada seniman senior di Kecamatan Tinambung, Sulawesi Barat, juga ke sejumlah orang tua yang tau cara menggunakan keke dan alat lainnya. Misalnya ke Mak Mariyama, Satuni, Pua’ Anca, dan I Janggo’ sebagai ahli kecapi Mandar. Sedangkan rebana mereka tekuni dari Pua’ Hasir.
RBN Madatte Arts sejatinya tidak fokus pada musik tradisi saja. Sanggar yang bermarkas di Kelurahan Madatte, Polman ini juga melestarikan budaya setempat dalam bentuk teater dan tari. Tetapi memang untuk saat ini RBN Madatte Arts lebih sibuk bermusik. Mereka sudah melahirkan album Mandar Mind and Soul yang berisi sembilan lagu. Semuanya lagu Mandar yang diracik dengan formula musik pop. “Kami ingin lagu daerah terdengar ringan di telinga dan diterima anak muda,” ujar Nunu.
Masuknya RBN Madatte Arts ke dapur rekaman atas prakarsa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Polewali Mandar. Pemkab salut lagu daerah selawas Tekenga di Gulingmu dan Parri-Parriqdiq bisa disulap lebih modern. Apalagi suara sang vokalis, Dewi Harlina, jazzy sehingga membuat lagu jadi renyah didengar. Bahkan Pemkab akhirnya tak keberatan mendanai rekaman mereka.
Promosi lagu RBN Madatte Arts juga memanfaatkan Youtube dan Instagram karena populer di kalangan anak muda. Sejak diunggah tiga tahun lalu, video lagu Tekenga di Gulingmu menjadi yang terpopuler dengan hampir 500 ribu penonton. Kini, RBN Madatte Arts sudah mulai dikenal di Sulbar. Mereka kerap naik panggung setelah dulunya rajin pentas di acara-acara Pemkab Polewali Mandar. Bahkan ada kalanya, Dewi dan kawan-kawan pentas di luar Polman. “Tahun baru kemarin kami pentas di Kalimantan Timur, atas undangan seorang pengusaha,” kata Nunu.
TRIVIA
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar