Jalan-jalan

Selasa, 08 September 2015 | 12:47

Pulau To Salama, Polewali Mandar-bhajaytravelling.com dan disbudparpolman.com

Dari gugusan pulau-pulau eksotik yang berjejer di laut Polewali Mandar, terdapat sebuah pulau yang mempunyai daya tarik wisata yang unik. Ialah Pulo To Salama, pulau yang menjadi tempat Syekh Abdurrahim Kamaluddin dikebumikan.

Syekh Abdurrahim yang digelar To Salama di Binuang dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Sulawesi Barat. Dia menginjakkan kaki di tanah Mandar pada abad ke-15 dan menikah dengan anak Sipajollangi, Raja Binuang. Konon, Syekh Abdurrahim adalah sosok yang keramat lantaran bisa salat di atas pelepah daun pisang, berjalan di atas air laut dan pelepah daun kelapa, serta menggenggam bara api.

Pengaruh Syekh Abdurrahim yang cukup besar di tanah Mandar membuatnya mampu mengubah kebiasaan penduduk di sana. Ia juga disebut-sebut orang yang kali pertama mengubah Sayyang Pattuqduq, tradisi kuda menari menjadi perayaan bagi anak yang baru khatam Qur'an. Tradisi ini sudah ada sejak agama Islam belum masuk di wilayah ini.

Makam Syekh Abdurrahim terletak di punggung bukit Pulo To Salama dan sudah dijadikan situs budaya oleh pemerintah Sulawesi Barat. Bentuknya berupa susunan batu karang persegi dengan panjang 2 meter dan lebar 1,73 meter. Terdapat batu padas setinggi 17 centimeter tertancap sebagai nisan. Makam ini bernaung di bawah sebuah rumah yang berlantai keramik putih.

Saban tahun, khususnya setelah lebaran, makam Syekh Abdurrahim kerap dikunjungi peziarah. Di sana, mereka menggelar ritual bernama Massampo. Bentuk ritual berupa menyembelih kambing maupun sapi, menaburkan uang koin ke makam, membungkus batu nisan dengan kain kafan, menaburkan minyak wangi, serta potongan daun pandan dan bunga ke makam. Ritual ini digelar sebagai bentuk syukur bila keinginan seseorang terpenuhi.

Kebiasaan itu masih tetap terjaga kendati mengundang polemik lantaran dianggap melanggar agama Islam. Itu lantaran banyak yang percaya harapannya terwujud bila bernazar ke Pulo To Salama. Bahkan, keyakinan itu tak hanya diakui oleh warga Mandar, tapi menjalar hingga ke mancanegara. Diperkirakan sebanyak 2000 peziarah kerap memadati tempat ini setiap tahunnya, termasuk warga asing.

Secara administratif pulau ini masuk dalam wilayah Kelurahan Amassangan yang dihuni kurang lebih 80 kepala keluarga. Pulau ini juga kerap disebut Pulau Tangnga-Tangga yang artinya tengah, karena posisinya di tengah gugusan pulau di Polewali Mandar.

Untuk mencapai Pulo To Salama, bisa menggunakan angkutan umum dari kota Polewali ke Pelabuhan Tonyaman, di Binuang, dengan ongkos sekitar Rp 35 ribu. Jaraknya sekitar 35 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di pelabuhan, kita bisa menyewa kapal yang kerap disebut Taxi sekitar Rp 35 ribu perorang. Kita akan mengarungi laut sekitar setengah jam menuju ke Pulo To Salama.

Oh ya, sebelum mencapai pulau ini, kita akan disuguhi keindahan pantai Polewali dan laut yang bening. Terdapat pula sebuah batu yang nongol di balik air dengan julukan Batu Mingnganga. Konon batu ini juga dikeramatkan lantaran dipercaya berasal dari jelmaan ular. Warga pun mempercayai sejumlah pantangan bila melewati batu tersebut, misalnya dilarang membawa wanita hamil karena bisa keguguran, dilarang menunjuk atau berkomentar bila melihat batu tersebut, serta melempar telur bila lewat ke sana. Silahkan berkunjung!!!

KAMPUNG-MANDAR.WEB.ID | MUHAMMADHAMKAHIM. BLOGSPOT.COM | SMANSATINAMBUNG.BLOGSPOT.COM | ANDRYKANANG.BLOGSPOT.COM
Sumber foto : bhajaytravelling.com dan disbudparpolman.com

 



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas