Majene

Senin, 29 Juli 2019 | 07:40

Diskusi Publik Tantangan Jurnalis di Era Digital/ Sulbarkita.com-Eri

Majene, Sulbarkita.com -- Di era digital saat ini, masyarakat sudah tak asing dengan Media Sosial (Medsos) seperti Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp dan sebagainya. Bahkan medsos kini menjadi tempat seseorang berinteraksi satu sama lain.

Seiring perkembangannya, medsos kemudian mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus ditelaah baik-baik. Kelebihannya, seseorang dapat mengeakses informasi atau berita terkini lewat medsos. Sedangkan kekurangannya, akses informasi yang begitu cepat dan mudah membuat seseorang mudah terpedaya isu tidak benar (Hoaks). Bahkan terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan pertikaian yang berujung pada konflik SARA.

Hal itu tak hanya mudah menjerat masyarakat umum, pun demikian para kuli tinta alias wartawan. Itulah yang membuat sejumlah wartawan di Majene menggelar diskusi publik bertajuk “Tantangan Jurnalis di Era Digital” pada Kamis, 25 Juli 2019 malam.

Menurut Produser Metro TV, Tri Suharman, yang menjadi pembicara dalam forum tersebut, hoaks, fakenews, plagiarism, dan Clickbait (umpan klik) adalah tantangan terbesar jurnalis hari ini. “Karena untuk membuktikan informasi itu seorang wartawan harus lebih tekun menggali informasi, mengedepankan akurasi, dan konfirmasi,” ujarnya menyampaikan materi.

Sayangmya, menurut pria kelahiran Majene itu, ada sebagian wartawan dewasa ini yang mengabaikan prinsip akurasi dan konfirmasi. Sehingga banyak di antara mereka yang akhirnya terjerembab pada hoaks, fakenews, plagiarism, dan Clickbait.

Salah satu indikator sikap abai tersebut, kata Tri, wartawan seringkali mengutamakan mendapatkan berita via telepon saja. “Padahal berita sejatinya lebih banyak diperoleh dari hasil reportase,” ujarnya, “Karena hasil reportase berupa apa yang kalian lihat, cium dan rasakan di lapangan merupakan data,” kata dia.

Tri yang merupakan mantan wartawan media Tempo itu berharap kepada peserta forum agar lebih mengedepankan prinsip jurnalisme dalam melakukan peliputan di lapangan. “Tantangan jurnalis saat ini lebih besar daripada jurnalis pada era sebelumnya,” ucapnya.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen  (AJI) Kota Mandar, Muhammad Ridwan Alimuddin yang juga merupakan pembicara dalam kegiatan tersebut menyampaikan, di era sekarang ini wartawan seharusnya banyak dibekali pengetahuan tentang jurnalisme.

“Belum ada pembinaan wartawan secara massif. Pelatihan tata cara menulis hanya dilakukan oleh media masing-masing,” kata Ridwan dalam materinya.

Selain itu, Ridwan berharap ketekunan dari seorang wartawan untuk proaktif dalam kegiatan-kegiatan jurnalistik seperti mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW). “Kami di AJI sudah melakukan pelatihan, misalnya pelatihan Google News Initiative Training Network pada 2018 lalu,” katanya.

Hadir dalam diskusi tersebut, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Majene, Arsalin Aras menyatakan kebanggaannya dapat berkumpul di tengah-tengah para wartawan. Menurutnya, wartawan merupakan mitra pemerintah dan instansi sebagai penyambung lidah ke masyarakat.

“Saya sangat mensupport kegiatan seperti ini karena menambah banyak informasi tentang dunia kewartawanan,” kata Arsalin.

Diskusi publik ini dihadiri belasan wartawan dari berbagai media massa di Sulbar serta mahasiswa. Bertindak sebagai moderator dalam diskusi tersebut ialah pimpinan redaksi media online Masalembo.com, Harmegi Amin.

“Malam ini spesial bagi penggiat media dan literasi di Kabupaten Majene karena diskusi seperti ini sangat langkah,” ucap Harmegi.

Erisusanto



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas