Majene, Sulbarkita.com --- Kordinator Gender Working Grub Sulawesi Barat (Sulbar) Retno Dwi Utami berharap semua pihak bisa bersinergi dalam menuntaskan masalah kekerasan dan pernikahan usia dini di Sulbar. Sinergi terbesar diharapkan berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten di Sulbar.
Hal itu ditegaskan Retno mengingat data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 menyebutkan Sulbar masih bertengger di urutan pertama pernikahan dini secara nasional, "Tingkat pernikahan tertinggi anak usia dini di Sulbar diduduki Mamuju Utara, kemudian disusul Polman dan Majene," kata Retno.
Oleh karenanya, Pemerintah daerah dituntut mencanangkan berbagai program yang terkait dengan penyelesaian masalah tersebut. Dia bilang banyak cara bisa dilakukan untuk menyampaikannya, salah satunya dengan sosialisasi mengenai nilai-nilai kemandiran yang penuh hormat (malaqbi) kepada anak perempuan, bahwa menikah dini sangat merugikan mereka.
Nilai kemandirian itu banyak ditemukan dalam budaya Mandar yang memiliki unsur pesan yang kuat. Misalnya dalam hal pemakaian Lipa Sa’be atau sarung sutera Mandar. Menurut dia, sarung khas tersebut adalah lambang bahwa perempuan yang malaqbi bisa membentengi diri dan bisa menghambat hal negatif dari luar.
Cara lainnya dengan mengajak semua gerakan perempuan untuk bergabung dan tidak berhenti mensosialisasikan kerugian perempuan dalam pernikahan anak di bawah umur tersebut, "Semakin Banyak yang peduli dan berkampanye angka pernikahan dini di Sulbar bisa di tekan," kata Retno menjelaskan.
Retno lantas menjelaskan kerugian perempuan bila menjalani pernikahan dini. Salah satunya dari segi kesehatan, pada usia dini alat reproduksi perempuan cenderung belum siap melahirkan sehingga berdampak pada tingginya risiko kematian Ibu.
Dampak lain pernikahan usia dini, kata Retno, adalah pada segi pendidikan. Perempuan jika tidak dibarengi pendidikan yang layak akan mempengaruhi generasi yang dilahirkan nanti. "Akses pendidikan untuk perempuan yang dinikahkan di bawah umur juga akan menjadi sulit, padahal perempuan salah satu penentu lahirnya generasi yang unggul," ujar Retno. (ASR)
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar