Tokoh

Selasa, 14 Mei 2019 | 23:55

Foto Syekh Abdurrahim Kamaluddin. Sumber: http://budparpolewalimandar.blogspot.com/

Dari gugusan pulau-pulau eksotik di laut Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terdapat sebuah pulau yang mempunyai daya tarik wisata yang unik. Ialah Pulo To Salama, pulau yang menjadi tempat Syekh Abdurrahim Kamaluddin dikebumikan.

Pulau ini kerap dikunjungi masyarakat untuk berwisata sejarah. Termasuk saat Ramadan dan hari lebaran.

Baca juga: Pulo To Salama, Wisata Ritual di Polewali

Terdapat pula ritual bernama Massampo yang kerap dilakukan masyarakat di pulau tersebut. Berupa menyembelih hewan ternak, menaburkan uang koin ke makam, membungkus batu nisan dengan kafan, menaburkan minyak wangi, serta potongan daun pandan dan bunga ke makam. Ritual ini digelar sebagai bentuk syukur bila cita-cita seseorang terpenuhi.

Kendati demikian, kisah Syekh Abdurrahim yang digelar To Salama di Binuang sampai kini masih penuh misteri. Arifuddin Ismail dalam Agama Nelayan: Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal (2012) menyebut Syekh Abdurrahim adalah sosok yang sama dengan Syekh Bil Ma’ruf, yang merupakan ulama yang berasal dari Samarkand, salah satu kota di Uzbekistan, Asia Tengah.

Syekh Bil Ma’ruf memang punya kisah yang cukup termasyur di Tanah Mandar. Abu Muslim, dalam jurnal Simbol pada Makam Syekh Bil Ma’ruf dan Sosio-Religi Pulau Tangnga Sulawesi Barat (2016) menyebutkan ahli tasawuf tersebut dipercaya Kerajaan Binuang untuk memimpin pendirikan masjid pertama di sana.

Kehebatannya menentukan arah kiblat lantas membuatnya digelari Saiyyeq Losa. Gelar tersebut disematkan karena konon Syekh Bil Ma’ruf mampu memperlihatkan wujud Kakbah melalui celah dinding masjid saat orang meragukan arah kiblat di tengah pembangunan masjid.

Namun sejumlah literatur yang berkaitan corak keberislaman di Mandar seperti Agama Nelayan karya Arifuddin Ismail, Sejarah Islam di Mandar karya Ali Parman dkk, serta Ensiklopedi Sejarah, Tokoh dan Kebu-dayaan Mandar karya Suradi Yasil membedakan antara Syekh Abdurrahim Kamaluddin dan Syekh Bil Ma’ruf.  Mereka disebut memiliki hubungan guru dan murid. Syekh Abdurrahim adalah guru dari Bil Ma’ruf.

Arifuddin Ismail dalam Agama Nelayan: Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal (2012) menyebutkan Syekh Abdurrahim menginjakkan kaki dan menyebarkan ajaran Islam di Sulbar pada abad ke 17 atau sekitar 1610 Masehi. Ulama tersebut datang bersama saudagar Arab serta para mubaligh dari Makassar.

Tulisan Afiduddin dikuatkan dengan lontara atau manuskrip kuno yang menggambarkan kedatangan Syekh Abdurrahim dalam mengislamkan Mandar.

Pannassai toi iyamo diqe upannassai pau-paunna todilota, disangka Kanna I Pattang, appona Todilaling. Ana’na Todijal-loq. Apa matei amanna, maraqdiamidi Balanipa anna polemo Tosalamaq di benuang, todilaiq diitaq Makka. Talaqbong nala lopi, teqeng bassi nala takong. Iyamo mappasallang idaeng mapattang, salami maraqdia siola to Balanipa ingganna banua kayyang; Napo, Samasundu, Mosso, Toda-Todang. Massahadaq, mappuasa, massakkaqi, mappittara, massambayang, manjuqnuq, massatinju, napakeqdeq ajumaq di Balanipa I Puang di Benuang. Anna mebainemo maraqdia Balanipa daiq di Tun-nunnuang, di appo najalu maraqdia di Tammemba, maraqdia di Baroqboq nalikkai. Iyamo mappauruq-urang nande saraq maraqdia di Balanipa.”

Artinya: 
Demikian fakta sejarah yang telah dikemukakan oleh pendahulu bernama Kanna I Pattang, cucu Todilaling, putra Todijallo. Setelah ayahnya mangkat, digantikan oleh Kanna I Pattang. Berselang tiga memimpin tampuk kerajaan Balanipa, ulama yang bergelar Tosalama di Binuang berkunjung ke Balanipa setelah pulang dari Makkah. Mayang kelapa yang dijadikan kendaraan (perahu), dengan dayung yang terbuat dari besi. Dialah peganjur Islam di Balanipa dan mengislamkan Idaeng Mapattang, dan diikuti seluruh rakyatnya yang notabene warga Balanipa yang tersebar di beberapa wilayah meliputi; Napo, Samasundu, Mosso dan Todang-Todang. Mereka telah mengaplikasikan rukun Islam yang terdiri atas: syahadat, puasa, zakat, shalat, junub, istinja, mendirikan shalat jumat di seluruh Balanipa. Ketika itu sang raja menikah di Tinunnungang, menikahi cucu raja Tammemba dan Baroqboq. Dialah sang Raja yang menikah dengan menggunakan aturan syariat, mas kawinnya empat puluh empat (Abu Muslim, 2016).

Dari tulisan itu pula muncul kepercayaan bila Syekh Abdurrahim adalah sosok yang mampu salat di atas pelepah daun pisang, berjalan di atas air laut dan pelepah daun kelapa, serta menggenggam bara api.

Pengaruh Syekh Abdurrahim yang cukup besar di tanah Mandar membuatnya mampu mengubah kebiasaan penduduk di sana. Sekedar diketahui, sebelumnya kehidupan tradisional suku Mandar masih dalam suasana hinduistik. Kehadiran Islam di tengah-tengah mereka membawa ajaran dan nilai baru yang melahirkan akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Mandar (Arifuddin Ismail, 2012).

Konon beliaulah yang pertama mengubah Sayyang Pattuqduq, tradisi kuda menari menjadi perayaan bagi anak yang baru khatam Qur'an. Tradisi ini sudah ada sejak agama Islam belum masuk di wilayah ini.

Syekh Abdurrahim juga mendirikan semacam sistem pendidikan yang disebut “Mukim” yang juga tercatat dalam lontara sebagai keputusan kerajaan: Naiyya mukim, tannaindoi Allo, tannaimbui iriq, tandi papan-dengngei, tandi papambulle-bullei, tandi papajagai, tandi pammanangi. Madodong duambongi anna loppai litaq, malolii dai di timor tarrappuq, malolii naung di waraq tarrappuq.

Artinya:
Adapun mukim itu tak tertimpa panasnya matahari, takkan terhembus tiupan angin lalu, takkan dibebani tugas-tugas yang berat dan pikulan yang berat, takkan dijadikan hamba sahaya. Besok atau lusa apabila negeri dalam keadaan panas (kacau), ke Timur atau ke Barat mereka takkan pecah (tidak boleh diganggu).

Makam Syekh Abdurrahim terletak di punggung bukit Pulo To Salama dan sudah dijadikan situs budaya oleh pemerintah Sulawesi Barat. Bentuknya berupa susunan batu karang persegi dengan panjang 2 meter dan lebar 1,73 meter. Terdapat batu padas setinggi 17 centimeter tertancap sebagai nisan. Makam ini bernaung di bawah sebuah rumah yang berlantai keramik putih.

Tri S 

 

 



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas