Polewali Mandar

Sabtu, 01 Februari 2020 | 23:22

Sungai Mandar di Kelurahan Petoosang, Kecamatan Alu, Polman/ Sulbarkita.com-Ahmad

Polewali Mandar, Sulbarkita.com -- Luapan sungai Mandar menjadi momok menakutkan bagi ribuan jiwa penduduk Kelurahan Petoosang, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar. Luapan sungai tersebut terus mengikis daratan Kelurahan Petoosang hingga sejauh lebih 100 meter.

Kepala Lingkungan III Kelurahan Petoosang, Hasanuddin kuatir bila tanggul tidak diperbaharui, karena pemukiman masyarakat terancam hanyut dibawa arus sungai. “Saat hujan dua hari dua malam beberapa waktu lalu, warga panik dan mengungsi ke atas bukit dan kampug lain. Malam itu kampung ini kosong,” ujarnya kepada Sulbarkita.com, saat ditemui di bantaran sungai Mandar, Jumat, 31 Januari 2020.

Tanggul penahan arus sungai Mandar di Petoosang sudah dibangun dua kali, yakni pada 1989 dan 2009. Namun tanggul penahan arus sungai yang pertama lenyap tenggelam di dasar sungai akibat bencana banjir bandang yang menimpa Kelurahan Petoosang 2009 lalu. Kala itu ratusan rumah warga hanyut terbawa arus sungai, sembilan nyawa warga melayang serta dua orang dinyatakan hilang.

Pemerintah daerah pun kembali membangun tanggul penahan arus sungai ditahun yang sama. Namun 11 tahun berlalu, tanggul tersebut sudah tak mampu membendung laju arus sungai sehingga sebagian struktur bangunannya tertelan ke dasar sungai.

Baca Juga:

Sungai Mandar, Sebuah Arus Peradaban

Menurut Hasanuddin, kejadian tersebut membuat warga trauma akan bencana banjir bandang yang sudah tiga kali terjadi. “Saya harap pemerintah membantu kami, apalagi kalau sungai meluap tanah yang di sebelah sungai bergeser ke sini (pemukiman) lagi,” ujar Hasanuddin.

Ketinggian air saat banjir bandang biasanya mencapai tiga meter dan menghanyutkan semua rumah tanpa ada yang tersisa. “Tidak ada rumah kecuali rumah batu,” singkat Hasanuddin.

Ditempat yang sama, Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Petoosang, Rasyid menyatakan hal yang sama. Kata dia, bila tidak ditangani, maka tanggul penahan di pinggir sungai akan jebol.

“Ayah saya menjadi salah satu korban jiwa pada bencana banjir bandang di Petoosang 2009 lalu. Saya dan keluarga mengungsi kalau hujan deras terus menerus, kami serasa belum merdeka,” ucapnya.

Baca Juga:

Sungai Mandar Berstatus Tercemar Berat

Anggota DPRD Polewali Mandar, Muliadi mengaku telah menyampaikan ke pemerintah ihwal pembangunan tanggul penahan arus sungai Petoosang yang kurang efektif. Legislator asal Kecamatan Alu ini menyebut kondisi tanah di bantaran sungai yang tergolong labil. “Sebaiknya yang dibangun itu tiang pancang paku bumi penahan abrasi,” tuturnya ketika ditemui di kediamannya, Jumat, 31 Januari 2020.

Menurut politisi PPP ini, Kelurahan Petoosang terdiri dari lima lingkungan dengan jumlah penduduk 1500 jiwa dari 410 Kepala Keluarga. “Saat hujan deras kemarin, sejumlah masyarakat datang ke rumah mengeluhkan tanggul yang telah roboh separuh. Kalau roboh semua, satu kelurahan saya prediksi habis,” pungkasnya.

Ahmad G



Komentar Untuk Berita Ini (0)

Posting komentar

Nama
Lokasi
Email
URL
Komentar
  captcha contact us
Silakan masukkan kode diatas