Majene, sulbarkita.com—Sudah satu jam lebih Ainun duduk tak jauh dari depan pintu kelasnya di Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), Rabu, 13 November 2019. Kampus itu berlokasi di lingkungan Padha-Padhang, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Majene. Perempuan 20 tahun itu rela menunggu lama, demi menanti giliran untuk masuk kelas.
Maklum saja, kelas masih digunakan oleh mahasiswa fakultas lainnya. Demi mengusir bosan, mahasiswa semester 5 Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu berselancar di media sosial melalui telepon pintarnya. “Yang kuliah di gedung ini ada fakultas lain, seperti Fakultas Kehutanan dan Pertanian, serta Fakultas Peternakan dan Perikanan," katanya kepada Sulbarkita.com. “Jadi kami mesti antri untuk menggunakan kelas,” Ainun melanjutkan.
Kampus Unsulbar di lingkungan Padha-Padhang dibangun pada 2016, tiga tahun setelah universitas ini ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebelumnya, seluruh mahasiswa menjalani kuliah di Rektorat Unsulbar lama yakni di Jalan Baharuddin Lopa, Baurung, Banggae Timur, Majene.
Foto ruangan di gedung kembar Unsulbar/Ashari
Namun pembangunan kampus yang mendapat suntikan dana dari Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Rp 3,1 miliar ini malah mangkrak. Sehingga sebagian besar ruang perkuliahan belum bisa digunakan sampai sekarang.
Akibatnya Unsulbar yang kini memiliki lebih dari 7 ribu mahasiswa, harus meminjam sejumlah gedung perkantoran untuk menjadi ruang perkuliahan. Misalnya ruang SMA Negeri 3 Majene, Kantor Dinas Perhubungan Majene, dan Tasha Center.
Rektor Unsulbar Akhsan Djalaluddin mengatakan baru tahun ini mendapatkan kucuran dana rekonstruksi dari pemerintah pusat sebesar Rp 70 miliar. "Dengan anggaran ini kami berharap pembangunan gedung mangkrak bisa dipercepat,” kata Akhsan, seperti yang dikutip karakterunsulbar.com, Senin 4 November 2019.
Sejatinya, kampus Unsulbar yang berada di atas lahan 30 hektare itu bakal menjadi menara gading yang sangat elok. Sebab posisinya berada di atas bukit yang masih dikelilingi pepohonan rindang. Di sana, dibangun dua gedung megah berlantai dua, serta sejumlah fasilitas penunjang seperti laboratorium komputer dan rumah susun sewa (rusunawa).
Sayang itu tinggal rencana; sebagian besar bangunan masih berupa rangka beton yang dilapisi semen kasar. Sebagian lainnya bak semak belukar karena ditumbuhi ilalang. Sehingga kesan yang muncul bila kali pertama melihatnya adalah gedung tua yang sudah lama ditinggal penghuninya.
Di gedung kembar yang menjadi lansekap kampus baru Unsulbar misalnya, sebagian besar lantainya belum dilapisi ubin. Pun demikian dinding gedung yang masih berupa semen kasar. Sementara tangga menuju ke lantai satu dan dua tak memiliki pegangan sehingga bisa membahayakan penggunanya.
Salah satu kelas di gedung kembar Unsulbar/Ashari
Ruang perkuliahan di lantai dasar dan lantai satu juga tak kalah memprihatinkan. Bentuknya berupa ruangan seluas lapangan Redi Papan, lapangan olahraga mirip bulu tangkis khas Sulbar, yang hanya disekat dengan tripleks tanpa cat. Sementara jendelanya tanpa penutup sehingga memungkinkan rembesan hujan masuk ke ruangan.
Langit-langit ruangan tak disekat plafon sehingga membuat udara gerah. Walau terdapat penyejuk ruangan di dalam kelas, sayangnya sebagian besar tidak dapat berfungsi. “Kadang merasa gerah dan pengap sehingga memecah konsentrasi saat belajar," kata Irwan, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsulbar saat ditemui di halaman Rektorat Unsulbar, Jumat 15 November 2019.
Lantai 2 kampus Unsulbar/Ashari
Sementara di lantai dua, atau lantai paling atas, belum berfungsi sama sekali. Onggokan bambu bekas konstruksi berserakan sehingga menimbulkan kesan kumuh. Besi cor masih telanjang di antara tiang yang menjulang. Sementara sisi gedung tak memiliki dinding sehingga cukup membahayakan bila berada di sana.
Kepala Perpustakaan Unsulbar Ahmad Samad tak tahu persis penyebab mangkraknya proyek kampus Unsulbar tersebut. “Apakah pihak Unsulbar yang kurang menyambut dana dari pusat atau pemerintah pusat yang mandek memberikan bantuan,” kata mantan Sekretaris Rektor Unsulbar tersebut melalui sambungan telepon, Jumat, 15 November 2019.
Salah satu gedung di kampus Unsulbar yang jadi tempat parkir/ Ashari
Menurut Ahmad, gedung Unsulbar murni dibiayai pemerintah pusat. Oleh karena itu, Kemenristekdikti berjanji mengucurkan dana secara berkesinambungan. Janji tersebut juga terungkap saat Menteri Riset yang saat itu dijabat Mohamad Nasir datang meninjau proyek pada Agustus 2016. “Setelah dapat kucuran dana awal (Rp 3,1 miliar), dijanjikan akan dapat lagi Rp 7 miliar tapi batal sehingga pembangunan kampus mangkrak,” katanya.
Muhammad Ashari
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar