Majene, Sulbarkita.com – Keberadaan lapak liar sembako di pinggir jalan depan Pasar Sentral Majene, Sulbar, semakin menjamur beberapa bulan terakhir. Hal itu tak hanya mengakibatkan kemacetan tapi membuat pedagang Pasar Sentral protes.
Pasalnya mereka tak hanya melanggar aturan tempat berjualan, tapi juga menurunkan omset pedagang Pasar Sentral, “Jualan mereka yang lebih dulu laku karena pembeli tidak perlu repot masuk ke pasar,” kata Asda, 50 Tahun, salah satu pedagang.
Asda mencontohkan hasil penjualan telur di dalam pasar. Setelah lapak liar tersebut diisi penjual sembako, telur hanya laku 10 hingga 20 rak saja setiap harinya. Padahal sebelumnya mereka bisa menjual telur 40 hingga 50 rak.
"Menjelang lebaran Idul Adha saja biasanya kami bisa jual 200 rak tapi sekarang paling banyak 30 rak setiap harinya," ujarnya sembari berharap pemerintah segera turun tangan menertibkan lapak liar tersebut.
Namun demikian, Rahmad, 40 tahun, salah satu pedagang di depan Pasar Sentral membantah dirinya berdagang secara ilegal. Sebab dia telah mengantongi izin dari Dinas Perhubungan (Dishub) Majene sejak lama.
Rahmad yang menjual telur di atas mobilnya juga membayar retribusi Rp 10 ribu ke Dishub, Rp 4 ribu untuk Dispenda, dan iuran kebersihan Rp 5 ribu kepada pengelola pasar, " Kami sudah diberi kebijaksanaan oleh Dishub dan Dispenda," kata dia.
Namun pernyataan Rahmad dibantah Kepala Dinas Perhubungan Majene Mithhar Thala Ali. Menurutnya, Dishub sudah kerap memperingatkan mereka agar tidak berjualan di depan Pasar Sentral. "(Soal pembayaran) saya tidak tahu itu. Nanti saya konfirmasi ke petugas di bawah," kata Mithhar
MUHAMMAD ASHARI
Komentar Untuk Berita Ini (0)
Posting komentar